Jakarta, Sinar Harapan
Kalau tiba-tiba pandangan kabur, mata merah dan terasa nyeri sebaiknya segera ke dokter mata. Bisa jadi itu gejala glaukoma, sebuah penyakit mata yang bisa berakhir dengan kebutaan. Walau belum sepopuler katarak, glaukoma tidak kalah berbahaya.
Di Indonesia kini glaukoma sudah menjadi ancaman kebutaan nomor dua setelah katarak dengan angka prevalensi 0,20 persen. Sementara katarak memiliki angka prevalensi 0,78 persen dari penduduk Indonesia.
Berbeda dengan katarak yang merupakan kondisi di mana lensa mata keruh atau berkabut sehingga terjadi gangguan penglihatan, glaukoma jauh lebih serius lagi. Menurut Dr. Ikke Sumantri, spesialis mata dari Jakarta Eye Center (JEC), glaukoma adalah penyakit yang merusak saraf mata yang terjadi akibat tekanan bola mata atau tekanan intra okulat yang tinggi.
Pada mata normal, saraf berfungsi meneruskan bayangan yang kita lihat ke otak. Di otak, bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu sensasi penglihatan. ”Bila tekanan bola mata seseorang sudah di atas 21 mmHg, maka orang tersebut pantas dicurigai menderita glaukoma,” papar Ikke dalam sebuah seminar mengenai glaukoma di Jakarta, pekan silam.
Tekanan pada bola mata ini dipicu oleh tersumbatnya akous humor, yakni cairan jernih yang terdapat di dalam bola mata bagian depan. Cairan ini dengan teratur mengalir dari tempat pembentukannya ke saluran keluarnya, seperti air keran. Apabila dapat diatasi dengan baik sebelum terjadi kerusakan retina dan saraf mata, biasanya ada harapan untuk pulih kembali.
Namun yang terjadi, seringkali orang tidak menyadari kalau salah satu dari matanya kena glaukoma. Dari berbagai kasus yang ada, banyak pasien yang datang ke ahli medis setelah kedua bola matanya terkena glaukoma. Ikke menjelaskan, untuk melanjutkan prosedur pengobatan, seorang pasien terlebih dulu harus diperiksa apakah glaukomanya tergolong akut atau kronis.
”Pada kondisi akut, biasanya dalam tempo dua atau tiga jam bisa menyebabkan kebutaan, maka tindakan pengobatan harus dilakukan sesegera mungkin,” ungkapnya.Glaukoma akut menyerang kedua mata sekaligus. Penderita akan mengalami gejala mata merah, pandangan kabur, nyeri pada mata disertai sakit kepala, juga rasa mual dan muntah-muntah. Secara fisik kemampuan penglihatan mata akan menurun. Beberapa kasus akan mengalami kondisi yang mirip dengan katarak.
Setelah diketahui bahwa pasien menderita glaukoma akut maka dokter bisa memeriksanya dengan gonioskopi, yakni semacam alat untuk mengetahui apakah sudut mata yang tertutup masih bisa terbuka atau tidak. Sedangkan pada glaukoma kronis peningkatan tekanan di dalam mata terjadi dalam masa beberapa bulan atau tahun tanpa terjadi gejala apa-apa.
Namun kalau tidak diobati, glaukoma kronis akhirnya mengakibatkan kebutaan total. Pada penderita glaukoma kronis tindakan serupa bisa juga dilakukan, tapi dengan waktu yang tidak terlalu mendesak sebab ancaman kebutaan tidak sebesar pada penderita glaukoma akut.
Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang memang kondisinya sudah mendesak, dokter akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam.
Alat serupa keran ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa mengalir ke bagian konjungtiva mata. Dengan mengalirnya cairan, tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
Pada glaukoma kronis yang belum terlalu parah ahli medis bisa mengambil tindakan memberikan tetes mata untuk mengurangi produksi cairan atau untuk memperlancar pengeluaran cairan mata. Selanjutnya bisa juga dilakukan pemeriksaan bola mata dengan tonometer, memeriksa saraf mata, mengukur lapang pandangan. Sedangkan pada kondisi yang mendesak perlu dilakukan operasi laser.(mer)
Posted by:
TIA MAHENDRA BLASIUS
Categories:
ARTIKEL PENYAKIT MATA
0 comments:
Post a Comment